Halaman

Rabu, 19 Oktober 2011

makalah filsft


UJIAN TENGAH SEMESTER


1.      Petakan kedudukan filasafat ilmu dalam kerangka keseluruhan program studi pendidikan matematika. Bagaimana peran mata kuliah ini dalam upaya mengembangkan potensi mahasiswa menjadi ilmuwan, professional, dan seniman?

Sebelum membahas peta kedudukan mata kuliah Filsafat Ilmu dalam kerangka Program Pascasarjana Pendidikan Matematika, akan dibahas terlebih dahulu pengertian filsafat, ilmu, dan filsafat ilmu. Juga akan dibahas pengertian ilmuwan dan profesionalisme dalam kaitan dengan peran Filsafat Ilmu dalam upaya mengembangkan potensi mahasiswa menjadi ilmuwan profesional.
     
      Pengertian Filsafat
Wiramihardja (2007) merangkum beberapa pendapat tentang filsafat menurut beberapa ahli filsafat. Plato menyatakan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang murni. Aristoteles, murid Plato, berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran seperti ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Descartes mendefinisikan filsafat sebagai kumpulan segala ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya Tuhan, alam,  dan manusia menjadi pokok penyelidikan. Imanuel Kant menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya mencakup empat persoalan, yaitu apa yang dapat diketahui (metafisika), apa yang seharusnya diketahui (etika), sampai di mana harapan kita (agama), dan apa yang dinamakan dengan manusia (antropologi). Secara etimologis, filsafat dalam bahasa Yunani merupakan gabungan dua kata, yaitu philein yang berarti cinta atau philos yang berarti mencintai, menghormati, menikmati, dan sophia atau sofein yang berarti kehikmatan, kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan, atau kejernihan. Secara praktis, filsafat adalah alam berpikir atau alam pikiran. Menurut Sudarsono (2008) filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatu secara mendalam, sungguh-sungguh, dan radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa filsafat merupakan pokok pangkal dari ilmu pengetahuan yang mengkaji kebenaran sesuatu secara mendalam dan hakiki.

Pengertian Ilmu
Menurut Mohammad Hatta ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (apabila dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam). Menurut Harsojo, Guru Besar Antropolog, Universitas Pajajaran, ilmu dapat dimaknai sebagai akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan; suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris. Ilmu dapat diamati panca indera manusia; suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada para ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk "jika ..., maka ...." (http://www.anneahira.com, 2008).
Sudrajat (2008) merangkum beberapa pendapat ahli tentang ilmu. Moh. Nazir  mengemukakan bahwa ilmu tidak lain dari suatu pengetahuan, baik natura atau pun sosial, yang sudah terorganisir serta tersusun secara sistematik menurut kaidah umum. Ahmad Tafsir memberikan batasan ilmu sebagai pengetahuan logis dan mempunyai bukti empiris. Sikun Pribadi merumuskan pengertian ilmu secara lebih rinci (ia menyebutnya ilmu pengetahuan), bahwa:
“Obyek ilmu pengetahuan ialah dunia fenomenal, dan metode pendekatannya berdasarkan pengalaman (experience) dengan menggunakan berbagai cara seperti observasi, eksperimen, survey, studi kasus, dan sebagainya. Pengalaman-pengalaman itu diolah oleh pikiran atas dasar hukum logika yang tertib. Data yang dikumpulkan diolah dengan cara analitis, induktif, kemudian ditentukan relasi antara data-data, di antaranya relasi kausalitas. Konsepsi-konsepsi dan relasi-relasi disusun menurut suatu sistem tertentu yang merupakan suatu keseluruhan yang terintegratif. Keseluruhan integratif itu kita sebut ilmu pengetahuan.”
Di lain pihak, Lorens Bagus mengemukakan bahwa ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek (atau alam objek) yang sama dan saling terkait secara logis.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diperoleh gambaran bahwa pada prinsipnya ilmu merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan pengetahuan atau fakta yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Usaha ini dilanjutkan dengan pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode ilmiah.

Pengertian Filsafat Ilmu
Menurut Gie (1991), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Keraf (2001) berpendapat bahwa filsafat ilmu pengetahuan adalah cabang filsafat yang mempersoalkan dan mengkaji segala persoalan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu atau hakikat ilmu pengetahuan, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu.

Apa Ilmuwan?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) dijelaskan bahwa ilmuwan ialah orang yang ahli atau banyak pengetahuannya mengenai suatu ilmu. Ilmuwan juga berarti orang yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995).
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa ilmuwan adalah orang yang ahli tentang ilmu pengetahuan atau yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan.

Profesional dan Profesionalisme
 Kata profesi dalam KKBI diartikan profesi sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb.) tertentu. Istilah profesional berarti: 1) bersangkutan dengan profesi; 2) memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya; 3) mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan amatir). Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 ayat 4, yang dimaksud profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Seorang profesional adalah seseorang yang menawarkan jasa atau layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima gaji sebagai upah atas jasanya. Orang tersebut juga merupakan anggota suatu entitas atau organisasi yang didirikan seusai dengan hukum di sebuah negara atau wilayah. Meskipun begitu, seringkali seseorang yang merupakan ahli dalam suatu bidang juga disebut profesional dalam bidangnya meskipun bukan merupakan anggota sebuah entitas yang didirikan dengan sah.
Istilah profesionalisme dalam KKBI adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Dengan demikian, profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kualitas dan tindak tanduk yang menggambarkan ciri profesi guru atau guru yang profesional.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa seorang profesional adalah seorang yang bekerja dengan keahlian, kemahiran atau kecakapan menurut bidangnya. Ilmuwan profesional artinya orang yang ahli dalam suatu ilmu pengetahuan dan bekerja dalam suatu bidang keilmuan sebagai profesinya.

Bahasan
Program Pascasarjana Pendidikan Matematika merupakan program pascasarjana yang membekali para sarjana pendidikan matematika atau sarjana matematika dengan berbagai mata kuliah yang dapat menunjang tugas pokok mahasiswa masing-masing.
Adapun Kurikulum penyelenggaraan Pendidikan Program Magister (S2) Program studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas sriwijaya :

VISI
Menjadikan Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya sebagai salah satu penyelenggara pendidikan pascasarjana di Indonesia bidang ilmu pendidikan matematika yang unggul dalam pengembangan sumber daya manusia, riset, informasi, dan inovasi kependidikan sehingga mampu menghasilkan lulusan yang bermutu baik dalam penguasaan teori maupun praktik kependidikan pada tahun 2015.



MISI
1.      Menyelenggarakan kegiatan, pengelolaan, dan proses pendidikan yang efektif dan efisien untuk menghasilkan pendidik dan tenaga ahli pendidikan matematika yang profesional.
2.      Mengembangkan gagasan-gagasan baru dan orisinil sebagai sumbangsih bagi perkembangan pendidikan dan pembelajaran matematika pada berbagai tingkatan pendidikan melalui berbagai kegiatan penelitian dan forum ilmiah.
3.      Mengupayakan penerapan dan transformasi gagasan-gagasan baru dan segar dalam bidang pendidikan dan pembelajaran matematika kepada masyarakat untuk memperbaiki penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran matematika pada berbagai tingkat pendidikan.

TUJUAN
Tujuan penyelenggaraan pendidikan Magister (S2) Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya adalah sebagai berikut.
1.      Menghasilkan lulusan yang bermutu, yaitu pendidik dan tenaga kependidikan dalam bidang studi matematika untuk berbagai tingkat pendidikan yang mampu mengikuti tuntutan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan informasi, mampu mengembangkan gagasan-gagasan baru dan orisinal bagi perkembangan pendidikan dan pembelajaran matematika melalui penelitian dan forum ilmiah, dan mampu menerapkan dan mentransformasikan gagasan-gagasan itu untuk memperbaiki penyelenggaraan pendidikan dan/atau proses pembelajaran matematika.
2.      Mengembangkan ilmu pendidikan dan pembelajaran bidang studi matematika untuk berbagai tingkat pendidikan melalui perkuliahan, bimbingan penelitian, diskusi, dan berbagai forum ilmiah.
3.      Menghasilkan karya yang dapat diterapkan dan ditransformasikan untuk memperbaiki penyelenggaraan pendidikan dan/atau proses pembelajaran matematika, serta dapat meningkatkan hubungan sinergis dengan lembaga lain, dan masyarakat pengguna, yang diutamakan bersumber dari hasil penelitian yang berkualitas.

SASARAN
Sasaran Penyelenggaraan PS Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unsri adalah mahasiswa 
1.      Mempunyai kemampuan pedagogik.
2.      Mempunyai kemampuan akademik atau profesional dan
3.      Mempunyai kemampuan kepribadian dan sosial terkait pendidikan matematika.

Kedudukan mata kuliah Filsafat Ilmu dalam kerangka keseluruhan Program Pascasarjana Pendidikan Matematika berada pada posisi yang strategis. Filsafat Ilmu menjadi dasar yang kuat, baik bagi pembahasan-pembahasan mata kuliah kependidikan matematika maupun bagi pembahasan mata kuliah keilmuan matematika.
Peran mata kuliah ini dalam upaya mengembangkan potensi mahasiswa menjadi ilmuwan profesional juga begitu besar. Dengan memahami Filsafat Ilmu, para mahasiswa Program Pascasarjana Pendidikan Matematika dapat memiliki keyakinan diri yang kuat untuk menjadi ilmuwan profesional, khususnya ilmuwan pendidikan matematikayang profesional. Mengapa demikian? Sebab, dengan dasar Filsafat Ilmu, mahasiswa memiliki pondasi berpikir yang kuat untuk mengembangkan keilmuan matematika dan keilmuan pendidikan matematikanya.
Mahasiswa Program Pascasarjana Pendidikan Matematika berasal dari dua kutub kesarjanaan, yakni sarjana pendidikan matematika dan sarjana matematika. Filsafat Ilmu dapat menjadi mata rantai yang kuat untuk mengkolaborasikan dan mengembangkan dua potensi mahasiswa ini menjadi sebuah kekuatan yang dapat mendorong lahirnya calon ilmuwan pendidikan matematika yang profesional.







Secara skematis, kedudukan mata kuliah Filsafat Ilmu dalam kerangka keseluruhan program Pascasarjana Pendidikan Matematika digambarkan berikut ini.
                                                     

       Secara singkat dapat dikatakan bahwa mata kuliah Filsafat Ilmu berkedudukan sebagai pondasi pokok bagi dua bidang kajian penting dalam Program Pascasarjana Pendidikan Matematika. Mata kuliah ini menjadi bagian intersection yang kuat antara mata-mata kuliah kependidikan matematika dan keilmuan matematika. Mata kuliah ini memiliki peran strategis dalam rangka mencetak calon ilmuwan profesional dalam bidang pendidikan matematika.


2.      Ilmu merupakan salah satu jenis pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Persyaratannya apakah harus dimiliki agar pengetahuan itu dapat dikatagorikan sebagai ilmu? Penjelasan disertai dengan contoh dalam kontek pendidikan matematika akan dapat memperjelas jawaban saudara.

Dalam KKBI (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995) dituliskan bahwa ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Menurut Ibrahim S. (2008), kata ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti mengetahui, memahami dan mengerti benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut science, dari bahasa Latin yang berasal dari kata scientia (pengetahuan) atau scire (mengetahui), sedangkan dalam bahasa Yunani adalah episteme (pengetahuan).
Mohammad Hatta mengatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya, apabila dilihat dari luar, maupun menurut hubungannya, jika dilihat dari dalam. Harsodo, Guru Besar Antropolog, Universitas Pajajaran, mengatakan ilmu dapat dimaknai sebagai akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan, suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris. Ilmu dapat diamati panca indera manusia, suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada para ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: "jika..., maka...."
            Dari definisi-definisi di atas, kita dapat melihat bahwa sifat-sifat ilmu merupakan kumpulan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu yang:
                              1.            Berdiri secara satu kesatuan,
                              2.            Tersusun secara sistematis,
                              3.            Ada dasar pembenarannya (ada penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan disertai sebab-sebabnya yang meliputi fakta dan data),
                              4.            Mendapat legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset.
                              5.            Communicable, ilmu dapat ditransfer kepada orang lain sehingga dapat dimengerti dan dipahami maknanya.
                              6.            Universal, ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat berlaku di mana saja dan kapan saja di seluruh alam semesta ini.
                              7.            Berkembang, ilmu sebaiknya mampu mendorong pengetahuan-pengatahuan dan penemuan-penemuan baru. Sehingga, manusia mampu menciptakan pemikiran-pemikiran yang lebih berkembang dari sebelumnya.
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan.  Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Ilmu merupakan suatu cara berpikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang dapat diandalkan. 
Ilmu merupakan kegiatan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Secara lebih sederhana, ilmu bertujuan untuk mendapatkan kebenaran. Ilmu bisa berarti proses memperoleh pengetahuan, atau pengetahuan terorganisasi yang diperoleh lewat proses tersebut. Proses keilmuan adalah cara memperoleh pengetahuan secara sistematis tentang suatu sistem. Perolehan sistematis ini umumnya berupa metode ilmiah dan sistem tersebut umumnya adalah alam semesta. Makna ilmu antara lain adalah dapat membuka wawasan manusia dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mampu menguasai ilmu pengetahuan menjadi mampu menguasai ilmu pengetahuan.
Untuk menjelaskan perkembangan pengetahuan hingga menjadi ilmu perlu diawali terlebih dahulu dengan pembahasan mengenai berpikir. Berpikir menurut Salam (dalam Indaryanti, 2007) adalah suatu aktivitas untuk menemukan pengetahuan yang benar atau kebenaran. Berpikir dapat juga diartikan sebagai proses yang dilakukan untuk menentukan langkah yang akan ditempuh.  Ilmiah  artinya bersifat ilmu (Ali, 2005). Dapat dikatakan bahwa berpikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia untuk menemukan atau mendapatkan ilmu. 
Dalam epistemologi atau perkembangan untuk mendapatkan ilmu diperlukan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah ini adalah alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik. Jadi, fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu.  Adapun sarana berpikir ilmiah adalah bahasa, logika, matematika, dan statistika. Keempat sarana berpikir ilmiah ini sangat berperan dalam pembentukan ilmu yang baru (Indaryanti, 2007).
Syarat suatu ilmu adalah bila ilmu itu sesuai dengan pengetahuannya dan sesuai dengan kenyataannya. Dengan kata lain, suatu ilmu itu berada di dunia empiris dan dunia rasional. Andaikan ilmu itu bergerak dari khasanah ilmu yang berada di dunia rasional, kemudian ilmu itu mengalami proses deduksi. Dalam proses deduksi ini, sarana berpikir ilmiah yang berperan adalah logika dan matematika. Di sini teori-teori  yang ada dapat dikaitkan dengan fenomena-fenomena sehingga terjadilah hipotesis atau dugaan, dalam hal ini disebut sebagai ramalan. Ramalan  ini perlu diuji melalui tahapan pengujian. Tahapan pengujian dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Dalam proses pengujian dilakukan pengumpulan fakta-fakta di lapangan atau di dunia empiris. Selanjutnya, dilakukan pengujian dengan bantuan sarana berpikir ilmiah statistika, sehingga terjadi proses induksi untuk mendapat khasanah ilmu yang lain. Proses ini akan berulang terus, sehingga ilmu tersebut selalu berkembang untuk mendapatkan ilmu yang baru atau ilmu yang lain (Indaryanti, 2007).
Tiga macam strategi pengembangan ilmu :
1.            lmu  berkembang  dalam  otonomi tertutup, dalam hal ini pengaruh konteks dibatasi,bahkan disingkirkan.
2.            Ilmu  harus  lebur  dalam  konteksnya, tidak  hanya merupakan refleksi, melainkan juga memberikan alasan pembenaran konteksnya.
3.            Ilmu dan konteksnya saling meresapi dan saling mempengaruhi untuk  memberi kemungkinan bagi timbulnya gagasan-gagasan baru yang actual dan relevan bagi pemenuhan kebutuhan sesuai dengan waktu dan keadaan.
Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa tidak semua pengetahuan dikategorikan ilmu. Pengetahuan itu terkait dengan sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktivitas panca indera untuk mengetahui, yaitu terungkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya, sedangkan ilmu menghendaki lebih jauh, luas, dan dalam dari pengetahuan.
Sebagai contoh, berikut diuraikan perkembangan aritmetika dalam mata pelajaran matematika di sekolah dasar (SD). Sebelum mengenyam bangku SD, para siswa belajar mengenal konsep bilangan dalam kehidupan melalui bahasa lisan, gerak, atau simbol. Pengetahuan awal siswa tentang bilangan itu mengalami perkembangan yang dahsyat manakala difasilitasi oleh logika dan matematika. Dengan matematika pengetahuan bilangan siswa menjadi makin mantap manakala digunakan lambang-lambang bilangan.  Mereka belajar untuk tahu tentang bilangan dengan bahasa matematika. Pada perkembangannya, penguasaan ilmu hitung siswa mulai dilandasi proses berpikir analitis. Siswa tidak sekadar mengetahui dan hafal, tetapi juga memahami makna suatu perhitungan. Misalnya, siswa tidak sekadar tahu 3 x 4 = 12,  tetapi juga memahami bahwa 3 x 4 artinya ada penjumlahan berulang bilangan 4 sebanyak 3 kali. Artinya, 3 x 4 = 4 + 4 + 4. Dalam hal ini, ilmu hitung sudah banyak menggunakan logika. Dengan sarana berpikir ilmiah statistika, keterampilan berhitung siswa kemudian berkembang ke arah penemuan konsep, prinsip, dan prosedur yang lebih luas secara induktif. Proses ini berkembang terus seiring perkembangan aritmetika itu sendiri.
Contoh lain adalah tentang bilangan nol. Konsep bilangan nol (Bawono, 2008) telah berkembang sejak zaman Babilonia danYunani kuno, yang pada saat itu diartikan sebagai ketiadaan dari sesuatu. Konsep bilangan nol dan sifat-sifatnya terus berkembang dari waktu ke waktu. Hingga pada abad ke-7, Brahmagupta seorang matematikawan India memperkenalkan beberapa sifat bilangan nol.
Sifat-sifat bilangan nol antara lain adalah adalah suatu bilangan bila dijumlahkan dengan nol adalah tetap. Demikian juga, sebuah bilangan bila dikalikan dengan nol akan menjadi nol. Tetapi, Brahmagupta menemui kesulitan, dan cenderung ke arah yang salah, ketika berhadapan dengan pembagian oleh bilangan nol. Hal ini terus menjadi topik penelitian pada saat itu, bahkan sampai 200 tahun kemudian.
Pada tahun 830, Mahavira (India) mempertegas hasil- hasil Brahmagupta, dan bahkan menyatakan bahwa “sebuah bilangan dibagi oleh nol adalah tetap”. Tentu saja ini suatu kesalahan fatal. Tetapi, hal ini tetap harus sangat dihargai untuk ukuran saat itu.
Ide-ide brilian dari matematikawan India selanjutnya dipelajari oleh matematikawan Muslim dan Arab. Hal ini terjadi pada tahap-tahap awal ketika matematikawan Al-Khawarizmi meneliti sistem perhitungan Hindu (India) yang menggambarkan sistem nilai tempat dari bilangan yang melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Al-Khawarizmi adalah orang yang pertama kali memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh. Sistem ini disebut sebagai sistem bilangan desimal. Kini, konsep bilangan desimal merupakan salah satu bagian integral dari ilmu matematika sekolah dasar.
Bilangan nol juga menjadi elemen penting dalam sistem bilangan basis dua. Sistem bilangan ini memiliki elemen 0 dan 1. Sistem bilangan ini menjadi dasar yang sangat penting dalam perkembangan teknologi informasi dewasa ini.



3.      Berapa ahli filsafat menjelaskan bahwa filsafat itu adalah induk semua ilmu pengetahuan. Apakah dasar pandangan yang melandasi pernyataan tersebut? Bagaimanakah tanggapan saudara  atas pernyataan tersebut?

Untuk memperjelas hal diatas, berikut dikemukakan terlebih dahulu pengertian filsafat, pengetahuan dan ilmu. Dengan memahami pengertian pengetahuan dan ilmu,  diharapkan kita memiliki pijakan yang kuat untuk mengatakan bahwa “tidak semua pengetahuan manusia dapat dikategorikan sebagai ilmu”.

Pengertian Filsafat
Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie, 1999).
Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi tentang filsafat yang telah dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), secara harafiah filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Maksud sebenarnya  adalah pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.
Kalau menurut tradisi filsafat dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama memakai istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), yakni seorang ahli matematika yang kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan. Selanjutnya, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos,filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya.

Pengertian Pengetahuan
      Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna (Wikipedia, 2008). Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut (Meliono, 2007).
Bagaimana seseorang dapat memperoleh pengetahuan? Kalangan behaviorist beranggapan bahwa pengetahuan seseorang diperoleh melalui upaya-upaya pengkondisian (conditioning) dengan menciptakan stimulus-stimulus tertentu yang bersumber dari lingkungan sehingga pada gilirannya dapat diperoleh respon-respon tertentu. Kekuatan utamanya terletak pada pemberian reinforcement atas respon-respon yang dihasilkan. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan dengan cara trial and error, latihan secara berulang-ulang, atau meniru dari orang lain.
Kalangan Cognitivist beranggapan bahwa pengetahuan manusia diperoleh melalui persepsinya terhadap stimulus dengan menggunakan alat dria, hasil persepsi berupa informasi akan disimpan dalam sistem memori untuk diolah dan diberikan makna, selanjutnya.informasi tersebut digunakan (retrieval) pada saat diperlukan. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan dengan mengoptimalkan kemampuan perseptual dan perhatiannya serta mengatur penyimpanan informasi secara tertib.
Kalangan constructivist ala Piaget berpandangan bahwa seseorang memperoleh pengetahuan dengan cara mengasosiasikan dan mengakomodasikan pengetahuan yang telah ada dalam dirinya dengan pengetahuan yang diterimanya sehingga membentuk pengetahuan baru, melalui usaha aktif inidividu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
           
Pengertian Ilmu
Ilmu bisa berarti proses memperoleh pengetahuan, atau pengetahuan terorganisasi yang diperoleh lewat proses tersebut. Proses keilmuan adalah cara memperoleh pengetahuan secara sistematis tentang suatu sistem. Perolehan sistematis ini umumnya berupa metode ilmiah, dan sistem tersebut umumnya adalah alam semesta. Dalam pengertian ini, ilmu sering disebut sebagai sains.
Mohammad Hatta mengatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya, apabila dilihat dari luar, maupun menurut hubungannya, jika dilihat dari dalam. Harsodo, Guru Besar Antropolog, Universitas Pajajaran, mengatakan ilmu dapat dimaknai sebagai akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan--suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris. Ilmu dapat diamati panca indera manusia--suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada para ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: "jika..., maka...."
Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi persyaratan-persyaratan berikut ini (Sudrajat, 2008).
a.       Objek studi
            Ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan alam (kosmologi) maupun tentang manusia (biopsikososial).
b.      Metode
            Ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi pendekatan dan teknik tertentu. Metode ini dikenal dengan istilah metode ilmiah. Dalam hal ini, Moh. Nazir mengungkapkan bahwa metode ilmiah boleh dikatakan merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.
c.       Pokok permasalahan
            Ilmu mensyaratkan adanya pokok permasalahan (focus of interest) yang akan dikaji. Mengenai focus of interest ini Husein Al-Kaff dalam Kuliah Filsafat Islam di Yayasan Pendidikan Islam Al-Jawad menjelaskan bahwa ketika masalah-masalah itu diangkat dan dibedah dengan pisau ilmu, masalah-masalah yang sederhana menjadi tidak sederhana lagi. Masalah-masalah itu akan berubah dari sesuatu yang mudah menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu yang rumit (complicated).
      Dari uraian di atas, kita dapat melihat bahwa sifat-sifat ilmu merupakan kumpulan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu yang:
1.      berdiri secara satu kesatuan;
2.      tersusun secara sistematis;
3.      ada dasar pembenarannya (ada penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan disertai sebab-sebabnya yang meliputi fakta dan data);
4.      mendapat legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset;
5.      communicable, artinya ilmu dapat ditransfer kepada orang lain sehingga dapat dimengerti dan dipahami maknanya;
6.      universal, artinya ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat berlaku di mana saja dan kapan saja di seluruh alam semesta ini; dan
7.      berkembang, maksudnya ilmu sebaiknya mampu mendorong pengetahuan-pengatahuan dan penemuan-penemuan baru. Sehingga, manusia mampu menciptakan pemikiran-pemikiran yang lebih berkembang dari sebelumnya (Content Team, 2008).

Berdasarkan definisi, pengertian, dan penjelasan di atas, kita dapat mengatakan bahwa memang benar tidak semua pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu. Pengetahuan itu terkait dengan sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktivitas panca indera untuk mengetahui, yaitu terungkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. Ilmu menghendaki lebih jauh, luas, dan dalam dari sekadar pengetahuan.




Daftar Pustaka
Content Team, AsianBrain.com. 2008. Definisi Ilmu. http://www.anneahira.com/ ilmu/index.htm diakses pada 14 November 2008.
Gie, The Liang. 1991. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
Ibrahim S., Slamet. 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Bandung: Sekolah Farmasi ITB.

Indaryanti dan Farah Diba. 2007. Ringkasan Materi Sarana Berpikir Ilmiah. Palembang: Program Studi Magister Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya.

Keraf, A.Sonny dan Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tunjauan Filosofis. Yoyakarta: Kanisius.
Meliono, Irmayanti, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI.
Sudarsono. 2008. Ilmu Filsafat: Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Hakikat Ilmu. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2008/01/13/hakikat-ilmu/ diakses pada 8 November 2008.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Wikipedia. 2008. Pengetahuan. http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan diakses pada 8 November 2008.

Wiramihardja, Sutardjo A. 2007. Pengantar Filsafat {Sistematika Filsafat, Sejarah Filsafat, Logika dan Filsafat Ilmu (Epistemologi), Metafisika dan Filsafat Manusia, Aksiologi}. Bandung: PT Refika Aditama.


















Selamat Bekerja, insyaAllah berhasil….


1.      Tujuan program studi pendidikan matematika (buku pedoman)
Mata kuliah-mata kuliah apakah tujuan prodi tercapai
Posisikan filsafat ilmu itu dimana dan perannya (definisikan dulu ilmuwan,professional,seniman)
2.      Apa itu ilmu (definisikan dulu), pendapat beberapa orang, metodolgy, persyaratan
Contoh : sjarah statistika, trigonometri
3.      Apa itu filsafat, definisi, apa pengertian induk dari semua induk pengetahuan
Apa landasan-landasan yang mengatakan Filsafat adalah induk dari segala induk ilmu.
Bagaimana pendapat saudara tentang itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar